TIMIKA –Rakyat Papua mediasi Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan Penanggung jawab politik Parlemen Rakyat Daerah (PRD) Timika, menggelar Aksi Mimbar bebas dan Ibadah doa bersama untuk menolak hari aneksasi Papua kedalam Indonesia dan rakyat Papua memuju mama kandung Melanesia.
Dimana 1 Mei 1963 adalah awal pemusnahan Manusia Melanesia di Papua Barat, dimana UNTEA menyerahkan Administrasi West Papua Kepada Indonesia secara sepihak tanpa diketahui oleh orang Papua Barat sebagai pemilik dan pewaris wilayah west Papua. Hal ini dilakukan atas kongkalinggong Amerika Serikat, Belanda, Indonesia dan PBB, untuk kepentingan ekonomi di Papua Barat, maka rakyat Papua jadi korban sampai dengan saat ini.
Dengan Thema “ SAYA BUKAN INDONESIA TAPI MELASIA” SUB THEMA “BERSAMA ULMWP BANGSA PAPUA MENUJU MAMA KANDUNG MALANESIA SETELAH 53 TAHUN BERSAMA MAMA TIRI INDONESIA YANG TIDAK URUS DIRI SEGALANYA” kegiatan tersebut dilakukan dihalaman kantor sekertariat KNPB-PRD Wilayah Bomberay pada Jumat (01/05/2015) pada pukul 10:00 Wpb sampai 13:30 Wpb berakhir dengan aman.
Knpb-Prd Wilayah Timika menggelar aksi mimbar bebas dan Ibadah doa bersama berjalan akan walaupun Kepolisian Indonesia menekan dan penuh Teror. Pada pukul 09:00 Waktu Papua dua anggota inteljen Polres Mimika datang memantau dan melacak tempat kegiatan. Dan dijalan masuk sekertariat KNPB-PRD Polisi Inteljen berjaga-jaga menakuti rakyat papua yang datang mengikuti kegiatan.
Kedua Inteljen tersebut, langsung tanya kepada Korlap (Y. Wonsiwor) bahwa “ hari ini jangan kibarkan bendera “Bintang Kejora” karena atasan kami suruh jangan kibarkan tapi kalian hanya ibadah dan doa saja, tutur kedua Intel.
Jawab Wonsiwor, bahwa kami hanya menolak hari aneksasi Papua kedalam Indonesia, karena rakyat Papua menilai 1 mei 1963 adalah awal lahirnya penderitaan rakyat Papua oleh Penjajah Indonesia dan Indonesia (mama tiri) salah urus kami, orang Papua kembali ke Melanesia (mama Kandung), jawab dengan Tegas.
Lalu, Son Tabuni menambahkan untuk pengibaran bintang kejorah kami tidak melakukan hanya aksi mimbar bebas dan ibadah yang kami lakukan. Karena pengibaran bintang kejara satu kali naik berarti selamanya akan berkibar. Kami tidak bisa turun naik sembarang karena ini harga diri bangsa, kasih naik satu kali berarti untuk selamanya, pungkasnya.
Pada pukul 10:00 waktu Papua memulai aksi mimbar bebas dan Ibadah doa bersama di halaman kantor sekertariat KNPB dan PRD Wilayah Bomberay.
Ibadah renungan di pimpin oleh Pdt. Daniel Bagau, dalam kotbanya menjelaskan bahwa kita harus tetap kuat dalam keadaan apapuan juga karena penjajah Indonesia datang untuk membunuh orang papua dan Indonesia mengasihi Kekayaan bukan manusia. untuk merampas Kekayaan Alam Papua. Makanya Orang papua pelan-pelan dimusnakan oleh Indonesia.
Renungan Ibadah tersebut berdasarkan alkitab yang terdapat dalam (Mazmur 51:17) “ Korban sembelian kepada ALLAH ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan kaupandang hina ya ALLAH,” dan dalam perjanjian baru injil (Yohanes 19:30) “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu berkatalah ia: “SUDAH SELESAI.” Lalu ia menundukkan kepalanya dan menyerahkan nyawanya.”
Kemudian lanjutnya dengan Berdoa bersama selama 20 menit dalam bahasa daerah masing-masing karena doa adalah jawaban dalam Hidup orang percaya. Dinyanyikan dengan lagu “ HANYA YESUS JAWABAN HIDUPKU”.
Pada pukul 11:30 waktu papua, penjelasan arahan dan pembacaan pernyataan Sikap Politik, oleh Pdt. Deserius Adii S.Th. Pertama, “Rakyat Papua wilayah Bomberay mendukung dan memberikan mantat kepada ULMWP untuk melobi papua masuk dalam anggota MSG”.
“Kedua, Rakyat Papua wilayah Bomberay dimohon MSG menerima wadah ULMWP anggota Tetap di MSG”.
Ketiga, “Rakyat Papua wilayah Bomberay menyatakan kepada Indonesia, PBB, Belanda dan Amerika bahwa 01 mei 1963 adalah hari ANEKSASI Papua kedalam Republik Indonesia adalah Awal penusnaan manusia melanesia Papua Barat dan ingin kembali ke rumah melanesia.
Kemudian pembacaan surat keputusan dengan sesunggunya rakyat Papua diwilayah Bomberay dengan sepenuh hati mendukung pembentukan ULMWP untuk melobih masuk menjadi anggota tetap MSG.
Rakyat Papua Timika menilai 1 mei 1963 adalah awal malapetaka pemusnaan etnis ras Melanesia Papua Barat bagi orang papua sampai hari ini jutaan Orang Asli Papua jadi korban. Sehingga hari ini juga kawan-kawan dari beberapa wilayah Papua barat ditangkap dipukul, di tembak dan di bubarkan saat persiapan kegiatan memperingati hari Aneksasi 1 mei 2015.
Diakhiri dengan penandatanganan Petisi Seluruh Anggota KNPB dan PRD serta Rakyat Papua yang mengikuti kegiatan untuk dukungan kepada ULMWP untuk melobi papua masuk dalam anggota MSG (KNPB-PRD-Timika)
0 komentar:
Posting Komentar