Foto : PM Kep.Solomon, Mansye Hon Sogavare
Suva, (KM) media onlain PACNEWS.com Rabu,
(9, September 2015) merilis Kepulauan Solomon tidak akan terintimidasi
oleh Indonesia atau negara lain di Forum Kepulauan Pasifik untuk
mendorong Papua Barat.
Perdana
Menteri Manasye Sogavare bersedia untuk bawa masalah Papua Barat ke
tingkat berikutnya, untuk menuntut tindakan global melalui
keanggotaannya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
PM Sogavare membawa dengan tiga proposal pertama, untuk mendorong status pengamat, kedua, pencarian fakta tingkat tinggi misi pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua Barat, Ketiga, mendorong daftar Komite Dekolonisasi di PBB, yang dikenal sebagai Komite 24.
Untuk
menunjukkan komitmen pemerintahnya, PM Sogavare membawa delegasi Utusan
Khusus, Matthew Wale dan Pemimpin Gerakan Perjuangan Pembebasan untuk
Papua Barat (ULMWP), Octovianus Mote ke Port Moresby minggu ini.
"Ini
bukan masalah baru, itu salah satu yang telaah bersama bahkan sebelum
menjadi bangsa yang merdeka. Kami telah mengakui mereka untuk Melanesia
Spearhead Group (MSG) sebagai pengamat dan kami berharap bahwa kita
mengakui ULMWP diterima menjadi pengamat pada Forum Kepulauan Pasifik.
Wakil
menteri Indonesia untuk urusan luar negeri, Abdurrahman Mohamed Fachir
tidak berbasa-basi ketika ia mengatakan bahwa 'masalah Papua tidak
relevan' dengan Forum Pemimpin diskusi di sini di Port Moresby.
"Saya
pikir ini bukan forum yang tepat untuk membahas Papua Barat untuk
sejumlah alasan. Kami di sini membahas pembangunan ekonomi penting,
kerjasama, bagaimana untuk mengatasi perubahan iklim, maritim, perikanan
dan konektivitas ICT untuk Pasifik.
"Saya
ingin mengingatkan Pemimpin forum kepulauan Pasifik bahwa Indonesia
adalah negara demokrasi dan kita memiliki ketentuan paling rinci tentang
hak asasi manusia dalam Konstitusi kita, bahkan kami memiliki komisi
nasional yang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia.
Menteri
Fachir mengatakan negaranya sangat percaya pada prinsip internasional
tidak campur tangan dalam urusan nasional negara-negara lain.
"Sekarang Pemimpin Forum untuk membahas Papua dan kami percaya pada kebijaksanaan mereka, kata Menteri Fachir.
PM
Sogavare tidak setuju dengan saran oleh Indonesia bahwa Papua Barat
adalah 'tidak setuju' dengan agenda Forum Kepulauan Pasifik.
"Membawa
Papua Barat dengan agenda Forum Kepulauan Pasifik adalah dalam kerangka
pertemuan Pemimpin. Kami tidak akan keluar agenda yang ditetapkan di
FIP itu, kata Sogavare.
Dia
sepenuhnya mengakui kedaulatan Indonesia atas Papua Barat tapi
pertanyaan bahwa kedaulatan jika hak asasi manusia rakyat disalahgunakan
dan melanggar.
"Berdasarkan
keanggotaan kami di PBB kita mengakui kedaulatan Indonesia atas Papua
Barat. Sama- sama sebagai anggota PBB yang mengakui hak-hak orang untuk
menentukan nasib sendiri dan pelanggaran HAM.
Sikap yang kuat yang diambil oleh pemerintah Sogavare juga telah diuji hubungannya dengan Jakarta.
"Mereka
sudah menyatakan kekecewaannya dan kami sudah menjelaskan kepada mereka
bahwa tindakan kita baik dalam kerangka Forum Kepulauan Pasifik dan MSG
(MSG).
"Kami
berada dalam konsultasi aktif dengan Indonesia. Itu istilah diplomatik
yang sangat menarik. Mereka tidak harus setuju untuk posisi kami, tapi
kami hanya berkonsultasi dengan mereka dan menjelaskan kepada mereka
bahwa ini adalah hal yang benar bagi kita untuk melakukan, dan kami akan
bergerak maju, kata PM Sogavare.
Dia mengatakan Pulau Solomon menghargai posisi Papua New Guinea karena perbatasan umum dengan Indonesia.
"Ini
keputusan yang berdaulat untuk PNG yang harus membuat kepentingan
terbaik mewakili rakyatnya, kita akan menghormati. Namun, ini adalah
masalah yang melampaui kedaulatan seperti hak asasi manusia. Jika
anggota dari PBB melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap
rakyatnya sendiri, maka tidak ada lagi masalah yang domestik untuk
negara tapi satu yang harus dibenahi oleh PBB, kata pemimpin Kepulauan
Solomon itu.
Menteri
Luar Negeri Fiji, Ratu Inoke Kubuabola menegaskan menghormati negaranya
integritas wilayah Jakarta dan kedaulatan atas Papua Barat.
"Kami
melihat Papua Barat sebagai bagian dari Indonesia dan sejauh hak asasi
manusia yang bersangkutan, Fiji akan menaikkan suaranya di sini di Forum
dan sama juga di PBB.
"Ketika
kita membuka misi kami di Jakarta pada tahun 2012, selama pertemuan
bilateral dengan mantan Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono, Perdana
Menteri kami mengangkat isu-isu hak asasi manusia di Papua Barat. Saya
secara pribadi telah mengangkatnya dengan mantan rekan Menlu Indonesia,
Marty Natelegawa.
Jika ada pelanggaran HAM yang dilaporkan, Fiji akan mendirikannya dengan Indonesia dan meningkatkan suaranya di PBB.
"Fiji menjaga hubungan bilateral dengan Indonesia, kata Ratu Inoke.
Organisasi masyarakat sipil yang aktif terus mendorong isu Papua Barat dalam agenda Forum, mengatakan bahwa ini adalah kewajiban moral Pemimpin Pasifik untuk menemukan resolusi untuk pelanggaran hak asasi manusia yang telah menewaskan lebih dari 500.000 jiwa di Papua Barat.(Sumber : Pacenews).
Organisasi masyarakat sipil yang aktif terus mendorong isu Papua Barat dalam agenda Forum, mengatakan bahwa ini adalah kewajiban moral Pemimpin Pasifik untuk menemukan resolusi untuk pelanggaran hak asasi manusia yang telah menewaskan lebih dari 500.000 jiwa di Papua Barat.(Sumber : Pacenews).
0 komentar:
Posting Komentar