Aktivis dari 28 negara membahas dampak kerusakan akibat pertambangan Dan Pelanggaran Ham (GENOSIDA)
Para aktivis anti-tambang dari 28 negara telah merumuskan sebuah “mekanisme global rakyat” untuk mengatasi dampak kerusakan akibat pertambangan.
Para aktivis, yang merupakan bagian dari Konferensi Internasional Rakyat tentang Pertambangan, yang digelar di Manila, Filipina, 30 Juli – 1 Agustus, mengatakan mereka akan menyampaikan mekanisme tersebut sebelum KTT PBB di Paris akhir tahun ini.
“Kami akan mengusulkan ada perjanjian mengikat dalam KTT PBB tersebut yang akan memberikan hak kepada masyarakat untuk menuntut perusahaan-perusahaan pertambangan dan meminta mereka bertanggung jawab atas pelanggaran dan kejahatan,” kata Clemente Bautista dari Jaringan Kalikasan Rakyat untuk Lingkungan Hidup.
Bautista, penyelenggara konferensi itu, mengatakan mereka juga akan mengusulkan pembentukan sebuah komisi PBB atau pelapor tentang industri-industri ekstraktif.
“Pada tingkat nasional, kami ingin memperbaiki undang-undang (UU) lokal dan nasional yang sesuai dengan standar internasional,” kata pengacara Selcuk Kozagacli, ketua Progressive Lawyers Association di Turki.
Dia mengatakan ada kasus-kasus di masa lalu bahwa perusahaan pertambangan meninggalkan negara setelah pelanggaran dilakukan.
“Dengan mekanisme internasional, kita dapat bergabung dalam pengadilan internasional,” kata Kozagacli kepada ucanews.com. “Sekarang, kita perlu berperjuang agar orang di seluruh dunia bersatu membela hak-hak dan lingkungan masyarakat.”
Maria Antoni Recinos, seorang aktivis lingkungan pedesaan dari El Salvador, mengatakan perlunya “solidaritas internasional” dalam kampanye melawan industri destruktif.
“Pemerintah harus mengambil langkah-langkah konkret ketika ada eksploitasi, terutama di negara-negara dimana operasi perusahaan pertambangan yang merusak,” katanya.
Gabriel Sheanopa Manyangadze dari Dewan Gereja Zimbabwe mengatakan bahwa dengan dukungan dari aliansi internasional mereka akan “meningkat kampanye untuk tingkat benua” dan bekerja dengan jaringan Gereja-gereja mereka.
Konferensi di Manila tersebut membahas tentang krisis ekonomi saat ini sebagai akibat industri pertambangan global, yang berdampak masyarakat lokal.
Pertambangan skala besar di Filipina tumbuh dari 17 operasi di tahun 1997 menjadi 46 operasi tahun ini dan telah menghasilkan 28,6 miliar dolar AS dari mineral dengan total nilai produksi dalam waktu yang sama.
“Pertumbuhan industri tersebut hanya dinikmati oleh segelintir perusahaan tambang transnasional, ketimbang biaya kehidupan masyarakat, mata pencaharian dan lingkungan,” kata Bautista.
Dalam ensiklik Paus Fransiskus tentang Laudato si’ yang dikeluarkan baru-baru ini, ditujukan kepada setiap orang di planet ini, ia menyalahkan keserakahan manusia yang menimbulkan kondisi kritis “Saudara kita, ibu pertiwi” saat ini.
Sumber: ucanews.com
- Title : Aktivis dari 28 negara membahas dampak kerusakan akibat pertambangan Dan Pelanggaran Ham (GENOSIDA)
- Posted by :
- Date : 23.29
- Labels : INTERNASIONAL, PELANGGARAN HAM, TERKINI
0 komentar:
Posting Komentar